Pages

Sabtu, 08 Agustus 2009

Wayang menyambut 17 and di Kota Tua Jakarta


MENJELANG Hari Proklamasi, kegiatan di seputaran Kota Tua bertumpuk. Tulisan ini sekadar mengingatkan warga yang selama ini haus akan kegiatan di kawasan bersejarah Jakarta itu. Berbagai kegiatan mulai tanggal 13 Agustus akan terus berlangsung hingga menjelang masuknya masa puasa. Kegiatan tersebut tak hanya berlangsung di pagi atau siang tapi juga hingga dini hari ini.

Pekan Wayang, Pesta Rakyat, dan Festival Kota Tua akan memanaskan suasana Kota Tua, khususnya Taman Fatahillah, pekan depan. Pekan Wayang yang akan dibuka pada 13 Agustus malam akan menggebrak dengan Komedi Betawi yang akan mengambil lakon tentang Fatahillah. Malam berikutnya, wayang golek akan digelar hingga Minggu dini hari. Pekan Wayang akan berlangsung hingga 19 Agustus dan selain pergelaran wayang, program itu akan berisi antara lain pameran foto, pergelaran wayang reguler berupa wayang kulit purwa, dan seminar tentang tata pamer Museum Wayang. Hajatan Museum Wayang di Taman Fatahillah kemudian dilanjutkan di Museum Wayang mulai tanggal 16-19 Agustus.

Wayang kulit purwa paling popular di kalangan masyarakat Jawa daripada jenis wayang lain seperti wayang madya, wayang gedhog, wayang dupara, dan wayang warta. Pasalnya wayang kulit purwa mempunyai nilai lebih berupa alur dan garapan lakonnya mampu mengakomodasi secara actual berbagai permasalahan yang berkembang di masyarakat, jumlah tokoh lebih banyak, karakternya lebih beragam, dan penggarapan dramatik pertunjukannya dipakai sebagai acuan pertunjukan wayang lain.

Pertunjukan wayang kulit purwa efektif sebagai media penyuluhan, pendidikan, propaganda, dan sebagainya. Bahkan di kalangan tradisional Jawa pertunjukan wayang kulit purwa berfungsi untuk kepentingan ritual pribadi (ulang tahun, sunatan, hajatan, mitoni (selamatan tujuh bulan untuk orang yang sedang hamil) dan media untuk berhubungan dengan alam mitis (ruwatan sukerta, nyadran (menjelang puasa), sedhekah bumi, suran (satu suro).

Sementara itu wayang golek dibuat dari kayu yang diukir dan disungging sesuai dengan tokohnya dari ceritera Mahabharata dan Ramayana. Bentuknya mirip boneka (golek dalam bahasa Jawa berarti boneka) yang diberi pakaian / baju, kain, dan selendang. Dalam pergelaran dapat tampil lebih hidup dengan bentuk tiga dimensi yang dapat digerakkan mulai dari kepalanya hingga badannya demikian pula tangannya secara leluasa oleh dalang.

Sejak Museum Wayang diresmikan, 13 Agustus 1975, hingga sekarang ada 5.400 koleksi dari nusantara maupun mancanegara. Di museum ini ada koleksi lengkap segala macam jenis wayang antara lain wayang dari Indonesia seperti Wayang Kulit, Golek, Patung Wayang, Topeng Wayang, Wayang Beber. Selain itu dipamerkan pula wayang dan boneka dari negara lain seperti Thailand, China, Perancis, Inggris, Polandia, dan Vietnam.

Kembali pada acara beruntun di Taman Fatahillah, selain Pekan Wayang, pada saat bersamaan juga akan digelar Pesta Rakyat 13 dan 14 Agustus disambung dengan acara tahunan Pemerintah Kotamadya Jakarta Barat, Festival Kota Tua.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Wayang, Dachlan, mengatakan, pada pembukaan Pekan Wayang itu pihak Kedutaan Amerika secara simbolis akan menyerahkan bantuan kepada museum terkait. "Bantuan dalam bentuk tenaga ahli. Kami sedang minta penyempurnaan storage (ruang penyimpanan koleksi), ini lebih berguna daripada pembuatan vitrin (tempat menyimpan koleksi yang dipamerkan)," ujarnya.

Bantuan lain yang sudah pasti adalah untuk pembuatan website, konservasi wayang, roadshow wayang, dan promosi. Pembuatan vitrin memang belum diperlukan karena museum ini sudah memiliki vitrin. "Saya berharap bantuan semacam ini akan kita dapatkan dari Perancis. Teknologi 3 dimensi buat wayang, kan menarik buat anak-anak dan generasi muda," imbuh Dachlan yang sarjana karawitan ini.



ref:kompas.com